Sabtu, 10 Desember 2011

Lihatlah lelaki yang merupakan suami kalian itu. Ia
tak bisa terlelap sebelum kalian nyenyak di
malam hari. Ia keluar rumah dengan semangat
untuk melawan asa hidup. Ia mencari nafkah dan
berterik mentari di arena kehidupan.
Dahulu, bukankah ia yang engkau damba
menjadi pangeran di istana hatimu?
Dengan kejantanannya, bukankah ia yang datang
melamarmu agar engkau terselamatkan dari
zina?
Bukankah dia yang menyuapimu nasi dengan
tangannya?
Bukankah dia yang mencumbumu dengan
mesra nan penuh kasih?
Lantas kenapa mulut-mulut kalian begitu
mudahnya menyemburkan lisan api yang
membakar hatinya?
Kenapa lisan kalian begitu semena-menanya
menancapkan busur-busur tajam yang
mengetuk pintu air matanya?
>>Dengarlah Tangisannya
Tahukah engkau wahai wanita, tangisan itu ada
dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia
lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya
di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu
tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air
mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir
saat sujud di hadapan ar-rahman. Tak jarang
pula air matanya menjelma menjadi keringat
yang membasahi pakaiannya saat berterik
mentari demi mencari rizki Allah. Itu semuanya
demi kebahagiaan kalian.

Tidak ada komentar: